Minggu, 02 September 2012

Dahsyatnya Berbagi

Post kali ini merupakan kutipan khutbah Idul Fitri 1433 H di Lapangan Tegal Asri yang di sampaikan oleh K.H Puji Hartono. Berikut adalah isi khutbah

Allahu Akbar…  Allahu Akbar… Allahu Akbar
Hadirin kaum muslimin jamaah sholat idul fitri yang di rahmati Allah

                Hari ini kita patut bersyukur karena telah di berikan kesempatan oleh Allah Swt menikmati bulan suci-Nya. Diberikan pertolongan dan kekuatan menunaikan kewajiban puasa Ramadhan. Kita telah kembali merehabilitasi ruhani kita. Sebelum, ramadhan sepanjang waktu tanpa terasa kita setapak dan selangkah demi selangkah kian menjauh dari fitrah. Berangsur-angsur dominasi hawa nafsu melingkupi hidup ini. Cara pandang kita kurang bersih. Tindakan kita mengarah pada yang negatif. Dan selama ramadhan kemarin kita diantar untuk mampu menahan hawa nafsu agar kembali kepada fitrah, kembali ke jalan Allah dan kembali pada kesucian.
                Kita merasakan, betapa indahnya hidup ini saat kita mendekat kepada Allah. Berdzikir dan bersujud dengan tunduk dan pasrah kepada-Nya. Langkah hidup kita kian bermakna. Kita tidak terjerembab dalam rutinitas yang membosankan. Dan, sudah semestinya dengan kembalinya fitrah itu, kita rayakan hari ini dengan bertakbir membesarkan asthma-Nya. Bertahlil untuk berikrar  meneguhkan terus menerus hati ini bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Kita juga bertahmid, bahwa tiada yang paling terpuji kecuali Dia, Allah yang Maha Besar. Allahu Akbar.. Walillahil hamd.

Ikhwani, kaum muslimin yang berbahagia.
                Khatib berpesan agar kita senantiasa menjaga dan meningkatka taqwa kepada Allah. Taqwa inilah para meter kemuliaan hakiki di hadapan Allah sebagai rakyat kebanyakan atau pemimpin sebagai karyawan atau majikan , dalam keadaan miskin atau kaya, kekurangan maupun lapang, hendaknya kita pastikan taqwa menjadi prioritas dalam hidup ini. Tanpa nilai taqwa perjalanan hidup kita hanya akan terjebak dan tak beranjak dari urusan dunia semata.
                Kita terpenjara dan terbelenggu dunia. Padahal, dunia ini fana. Kita semua akan meninggalkan dunia ini kembali kepada Allah yang Maha Kekal. Ikhwani, apa bekal kita menuju kampung akhirat ? Betapa ruginya jika tujuan hidup ini hanya terbatas dunia saja dan melupakan akhirat.

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan sendau gurau dan main-main. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan kalau mereka mengetahui” (Al-Ankabut [29]:64
                Hanya dengan hidup yang dilandasi dengan taqwa kita terbebas dari penjara ilusi dunia. Dengan taqwa kehidupan akan bernilai. Jiwa kita mampu mengatasi dunia ini sebagai sarana amal ibadah menuju kepada Allah itulah Taqwa. Taqwa inilah yang selama Ramadhan kemarin kita jadikan sebagai target dan tujuan. Mari kita syukuri hasil Ramadhan ini dengan menjaga dan mendayagunakan nilai taqwa ini dalam langkah kehidupan selanjutnya.

Allahu Akbar… Allahu Akbar…Allahu Akbar..
Ikhwani, kaum muslimin yang dirahmati Allah.
                Sayangnya kita belum menghargai buah Ramadhan ini dengan semestinya. Banyak orang setelah usai Ramadhan melupakan amalan Ramdhan begitu saja. Gaya hidup dan pandangannya berubah kembali seperti semula. Bukan taqwa lagi yang dikedepankan tapi kepuasan duniawi. Hawa nafsu yang kemarin dikendalikan, seusai Ramadhan dilepaskan lagi tanpa kendali. Berbagai tempat hiburan malam yang kemarin ditutup, kini dibuka dan ramai kembali. Berbagai macam tayangan Islami berganti dengan tontonan dengan kesombongan dan kemewahan duniawi.
                Jika ini juga yang berada dalam pikiran, berarti sama saja kita telah membuka perisai jiwa ini dan mengundang berbagai serangan musuh yang melumpuhkan ruhani. Bahkan pikiran kita sendiri telah menjadi musuh bagi diri kita sendiri.
                Apalagi nilai-nilai peradaban kehidupan yang sekarang ini memang cenderung lebih mengedepankan nilai materi semata. Harta dunia menjadi ukuran kemuliaan, bukan taqwa yang dipentingkan. Jika kehidupan Ramadhan kian mendekatkan pada Ilahi, peradaban materi justru cenderung menghalangi hati kita mencapai keridhaan Illahi. Harta dunia bukan menjadi alat beramal. Tapi justru telah menjadi tujuan. Hati pun diperbudak materi. Akankah kita mengikuti arus kehidupan yang seperti itu ?

Ikhwani, kaum muslimin yang dirahmati Allah
                Kehidupan yang menuruti hawa nafsu dan menyimpang fitrah seolah menggiurkan. Tapi ingatlah hal itu akan berubah pahit dengan tragedi kehidupan yang menimpa. Akibat bergaula yang mengedepankan hawa nafsu, banyak generasi muda yang hancur masa depannya. Dekadensi moral merebak. Keluarga berantakkan.  Karir yang dibangun bertahun-tahun hancur dalam sekejap. Kehormatan tercampakkan. Hidup seolah tak berarti lagi. Di dunia ini saja sudah merasakan kehampaan, apalagi kelak saat dunia yang fana ini telah lepas dari genggaman. Inikah kehidupan yang sesungguhnya ?
                Merasakan berbagai dampak akibat menyimpang dari fitrah itu jauh dengan Allah. Umat manusia mulai mencari cara hidum vane sejati. Di negara-negara barat misalnya, yang kehidupan materi demikian majunya, mulai menyadari bahwa materi dan teknologi bukanlah jawaban. Dunia yang diraihnya dengan rakusnya ternyata tak pernah mendatangkan kepuasan apalagi kebahagiaan. Masih kurang dan kurang. Seperti minum air laut, yang kian banyak diminum, kian haus. Mereka pun mulai menoleh pada dunia timur yang dipandangnya kaya akan aspek spiritual yang dahulu dicibir, sekarangpun menjadi pilihan. Bahkan nilai-nilai spiritual dikembangkan dalam manajemen dan kehidupan profesi dan industri.
Islam sesunggugnya menawarkan nilai kehidupan yang lengkap dan utuh. Bukan mengabaikan dunia sebagai alat untuk meraih tujuan yang lebih tinggi.
Yaitu ndha Allah. Kesuksesan hidup bukan dan berapa kekayaan atau seberapa tinggi jabatan yang telah diperoleh dari dunia ini, tapi seberapa besar taqwa, iman dan amal salehnya. Sudah semestinya kita tidak menjadi orang yang tertipu oleh dunia. Tujuan kita adalah kembali kepada Allah. Nikmati dunia ini tapi jangan sampai lalai kepada Zat yang Maha Pemberi Nikmat. Jadikan dunia sebagai ladang amal. Gunakan semua nikmat Illahi untuk kian mendekap kepada-Nya.

Ikhwani, kaum muslimin yang dimuliakan Allah
Allah akan memberi keutamaan kepada orang yang bertaqwa.
“…Barangsiapa bertaqwa kepada Alllah, niscahya dia akan mengadakan baginya jalan keluar..” (Ath-Thalaq [65]:2
Juga Firmannya
“Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscahya Dia akan menutupi kesalahan-kesalahan nya, dan akan melipatgandakan pahala baginya.” (Ath-Thalaq [65]:5)
               Kita berharap semoga Allah membersihkan jiwa kita dan memberikan ketaqwaan pada hati kita. Taqwa inilah kekayaan berharga hidup kita. Hasil Ramadhan ini hendaklan dijaga. Sebagaimana fisik ruhani juga harus dijaga dengan latihan rutin agar tetap kuat. Bila tidak, kekuatan ruhani akan turun dan akan dengan mudah dikalahkan dengan hawa nafsu. Untuk itu amalan yang telah dilakukan selama Ramadhan, hendaklah bisa kita lestarikan sehingga spirit Ramadhan itu tetap terbawa dalam hati. Pilihlah beberapa ibadah nawafil (sunnah) untuk kita istiqomahi. Misalnya dengan menjaga kebiasaan shalat Lail. Menghatamkan Al-Qur’an setiap bulan puasa atau puasa senin-kamis. Atau melanggengkan sedekah dan tentu saja tetap menjaga akhlaq dan menahan hawa nafsu. Dengan meng-istiqamahi amalan tersebut, maka taqwa telah tertanam dalam jiwa dan tumbuh lebih kuat. Ibarat biji tanaman, seunggul apapun jika tak mendapat perawatan dan siraman memadai akan mati juga. Hal itu berarti kita telah kehilangan kemenangan Ramadhan

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan komentar, komentar yang memuat hal-hal yang memicu perdebatan tidak akan dimoderasi