Marhaban Ya Sahabat Fillah

Info Islamic Blog | Mimbar Dakwah Online

AL MARUF

Mimbar Dakwah Online

MARHABAN YA RAMADHAN KARIM

Segenap aktivis dakwah ALMARUF menucapkan "Selamat Menunaikan Ibadah Puasa 1434 Hijriah"

Komunitas Blogger Jogja

Blogger Jogja Berhati Nyaman

Komunitas Blogger Pelajar Kota Jogja

Wadah rembugan para Blogger Pelajar #kotajogja

Minggu, 24 Maret 2013

Hukum Mempertahankan Harta Warisan

Assalamu'alaykum
Seringkali kita kehilangan harta karena diambil orang maupun hilang tak diketahui. Kita tentu merasa sangat kecewa dan merasa tak berdaya untuk melawan si pengambil. Atau kita juga sering menjumpai orang yang mengatakan kita gila harta karena terlalu posesif dalam menjaga dan mempertahankan harta.
Dalam Islam sendiri telah dijelaskan dengan sejelas-jelasnya oleh Rasulullah SAW dalam hal mempertahankan harta. Abu Hurairah R.A mengisahkan : 
"Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dan menanyakan: "Ya Rasulullah! Bagaimana menurutmu, kalau datang seseorang hendak mengambil hartaku?" Jawab Nabi: "Jangan egnkau berikan hartamu kepadanya!" Tanya laki-laki: "Bagaimana menurutmu, kalau dia memerangiku?" Nabi menjawab: "Perangi dia!". Tanya laki-laki: "Bagaimana kalau dia membunuhku?" Nabi menjawab: "Maka engkau mati syahid!" Laki-laki bertanya: "Bagaimana kalau saya membunuhnya?" Nabi menjawab: "Maka dia masuk neraka"
Jadi hukum untuk menjaga dan mempertahankan harta sangat dianjurkan oleh Rasul. Terlebih itu adalah harta warisan. Harta warisan berarti amanah yang diberikan oleh orang tua untuk dijaga dan dipertahankan dengan  berpegangan kepada hadist diatas. Dan apabila ada yang ingin mengotak-atik warisan terlebih ingin menguasai warisan padahal dia tidak mempunyai hak untuknya, maka bolehlah kita melawannya dengan niat untuk menjaga amanah lillahita'ala. Jihad fii sabilillah.

Jumat, 08 Maret 2013

Iman yang Sesungguhnya

Assalamu'alaykum

Tolak ukur keimanan seseorang tak bisa dilihat hanya dari cara bicaranya saja. Tak dapat pula dilihat dari perbuatan. Akan tetapi iman yang sesungguhnya ada di dalam hati dan keyakinan.
Orang yang lisannya banyak menghafal dalil dan hadist belum tentu masuk surga. Orang yang membela Islam mati-matian pun belum tentu pula masuk ke surga.

Sebagaimana paman Rasulullah SAW, Abu Thalib. Semasa hidupnya Abu Thalib berjuang hingga mempertaruhkan nyawa demi keponakannya. Abu Thalib meyakini ke-Rasulan Muhammad, Abu Thalib meyakini agama Allah. Namun semasa hidupnya, Abu Thalib enggan mengucapan kalimat syahadat.

Saat Abu Thalib mengalami sakaratul maut Baginda Nabi mendatanginya seraya berkata kepada pamannya. "Wahai paman, ucapkanlah kalimat Laa ilaaha illallah" Namun Abu Jahal dan Abdullah ibn Abi Umayyah mengatakan "Wahai Abu Thalib, apakah kamu mau meninggalkan agama yang telah dibawa oleh nenek moyang mu?". Baginda Nabi mengatakan kalimat yang sama hingga tiga kali, sebanyak itu pula baginda mendapat jawaban yang sama dari mereka. Dan akhirnya ruh Abu Thalib diangkat dan dia tidak mengucapkan kalimat syahadat. Baginda Rasul bersabda “Sungguh aku akan memohonkan ampun bagimu wahai pamanku, selama aku tidak dilarang oleh Allah"

Tak lama kemudian, Allah menegur Nabi Muhammad dengan menurunkan firman-Nya:



 “Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak bisa memberikan hidayah (ilham dan taufiq) kepada orang-orang yang engkau cintai. Akan tetapi Allah memberikan hidayah tersebut kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Dan Allah lebih mengetahui siapa yang berhak untuk mendapatkan hidayah”

Jadi dalam keimanan kita tidak boleh setengah-setengah, harus dilakukan sepenuhnya. Dari lisan, perbuatan, dan keyakinan.

Kamis, 07 Maret 2013

Besarnya Perasaan Zuhud Nabi Sulaiman

Assalamu'alaykum


Nabi Sulaiman alaihis salam merupakan Nabi yang mendapat karunia dari Allah berupa kerajaan yang besar lagi jaya. Nabi Sulaiman memiliki bala tentara yang tidak hanya terdiri dari manusia saja, akan tetapi beliau juga memiliki tentara dari bangsa jin, hewan, dan angin. Namun dibalik kekayaan Nabi Sulaiman, beliau masih mempunyai rasa zuhud atau lebih menganggap remeh dunia dan mengutamakan akhirat. Hal itu tertera di Qur’an Surat Shaad ayat 30

 
Nabi juga manusia yang dapat memiliki kesalahan, namun setiap seorang Nabi hendak melakukan kesalahan pasti Allah menegurnya.

Pernah suatu ketika Nabi Sulaiman terpaku dengan kuda-kudanya yang sangat indah dan gagah. Beliau memperhatikan kuda-kuda yang sedang berlarian dengan gagahnya. Di saat Nabi Sulaiman memandangi kegagahan kudanya ternyata beliau menyadari bahwa saat beliau memperhatikan kudanya hati Nabi Sulaiman menjadi lupa dengan Allah. Seketika Allah menyadarkan hati Sulaiman, lalu Sulaiman memerintahkan kepada para abdi dalem istananya untuk membawa kembali kuda-kuda yang berlarian tersebut.


Dengan sigap Sulaiman menebas leher dan kaki kudanya dengan pedang yang sangat tajam dikarenakan merekalah yang telah membuat Sulaiman lalai terhadap Tuhannya. Beliau memukul-mukul leher dan urat-urat nadi setiap kudanya dengan punggung pedang yang dimilikinya.
Setelah beliau melakukan hal itu, Allah menggantikan segala kuda-kudanya dengan kemampuan Nabi Sulaiman mengendalikan angin atas ijin Allah. Dengan mengendarai angin tersebut Nabi Sulaiman dapat pergi kesana kemari dengan cepat, bahkan lebih cepat daripada saat Nabi Sulaiman menaiki kuda-kudanya. Sungguh sesungguhnya Allah memiliki rencana yang amat indah dibalik apa yang kita perbuat.

Di jaman yang modern ini hal tersebut dapat kita terapkan untuk memupuk rasa zuhud dan menjaga kadar taqwa kita kepada Allah. Jika godaan yang ada di jaman Nabi Sulaiman berupa kudanya, kita yang hidup di jaman serba modernisasi ini memiliki cobaan dan rintangan berupa teknologi yang semakin canggih. Kita harus dapat mengimbangi perkembangan teknologi untuk tetap hidup, akan tetapi kita juga dituntut untuk dapat menggunakan teknologi tersebut se bijak-bijaknya. Jangan sampai kita terlena hingga membuat kita lalai terhadap Tuhan kita.

Sebagai insan yang beriman, sudah selayaknya kita mencontoh perilaku Nabi Sulaiman untuk berzuhud. Terkadang kita tidak menyadari bahwa rencana Allah jauh lebih baik dari apa yang kita kira. Allah memberikan kita berdasarkan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita mau.
Semoga kita semua termasuk hamba yang pandai bersyukur dan dijauhkan Allah dari api neraka yang bergejolak. Aamiin