Marhaban Ya Sahabat Fillah

Info Islamic Blog | Mimbar Dakwah Online

AL MARUF

Mimbar Dakwah Online

MARHABAN YA RAMADHAN KARIM

Segenap aktivis dakwah ALMARUF menucapkan "Selamat Menunaikan Ibadah Puasa 1434 Hijriah"

Komunitas Blogger Jogja

Blogger Jogja Berhati Nyaman

Komunitas Blogger Pelajar Kota Jogja

Wadah rembugan para Blogger Pelajar #kotajogja

Rabu, 10 Juli 2013

Lupa Baca Niat Saat Hendak Berpuasa, Sah Kah Puasanya?

Assalamu'alaykum

NIAT adalah i'tikad tanpa ragu untuk melaksanakan amal. Dalam hal puasa Ramadan, kapan saja terbersit dalam hati di waktu malam bahwa besok adalah Ramadan dan akan berpuasa, itulah niat (al-Fiqh al-Islami, III, 1670).

Terus bagaimanakah jika terlupakan padahal malam itu juga makan sahur? Apakah sahur dapat dianggap sebagai niat?



Imam Syafi'i berpendapat, makan sahur tidak dengan sendirinya dapat menggantikan kedudukan niat, kecuali apabila terbersit (khatara) dalam hatinya maksud untuk berpuasa. (al- Fiqh al-Islami, III, 1678).

Menurut mazhab lain ada keterangan tambahan. Jika sahur dilakukan pada waktunya (lewat tengah malam), tanpa niat pun dinilai cukup. Namun, jika makan dan minum di luar waktu sahur (sebelum tengah malam), diperlukan niat berpuasa untuk esok hari.

Masalahnya, seringkali seseorang makan sahur dalam keadaan belum sadar. Karena dikhawatirkan sama sekali tidak terbersit di hatinya keinginan untuk berpuasa.
Sabda Rasulullah SAW: "Sahnya suatu amal bergantung pada niat. Setiap orang akan mendapatkan balasan dari apa yang ia niatkan." (HR Bukhari)

Untuk keabsahan niat menurut jumhur ulama ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Niat dilakukan pada waktunya, yaitu antara magrib dan menjelang subuh.
2. Menentukan niat untuk puasa wajib, bukan sunah atau puasa dengan maksud lain. Dalam konteks Ramadan, dengan sendirinya puasa wajib.
3. Memastikan niat untuk satu jenis puasa. Misalnya puasa Ramadan.
4. Niat dilakukan setiap hari. 

Kecuali kalau dia baru mendengar kabar hilal Ramadan di pagi hari. Ketika itu dia hendak puasa maka puasanya sah.

[Al- Mughni: 3/7, Al-Majmu': 6/289-290, An-Nail: 4/196, dan Al- Muhalla no. 728]
Oleh karena itu, di awal Ramadan, dibolehkan berniat puasa sebulan penuh, di samping berniat setiap malamnya. (Al-Mughni: 3/9, Al-Majmu': 6/302, Kitab Ash-Shiyam: 1/198-199, Asy-Syarhul Mumti': 6/369, dan At-Taudhih: 3/151), supaya ketika lupa maka dapat teratasi dengan niat puasa sebulan penuh.

Hukum makan sahur adalah sunnah berdasarkan hadits Rasulullah saw. Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Sahurlah kalian karena sesungguh dalam sahur terdapat barakah." Hadits yang lain, Rasulullah SAW bersabda: "Mintalah tolong (kekuatan) dari makan sahur untuk berpuasa di siang hari dan dengan qoilulah (tidur sebentar di siang hari) untuk melaksanakan qiyamullail di malam hari." Hadits riwayat Hakim - disohihkan Hakim (al mustadrak 1/425), dan Ibnu Huzaimah dalam Shohihnya (Shohih Ibnu Huzaimah 7/211).

Sumber gambar: scientificamerican.com

Selasa, 09 Juli 2013

Kiat Dalam Memilih Teman Bergaul

Assalamu'alaykum

Masa muda adalah masa penuh dengan suka cita. Belajar banyak hal untuk kehidupan masa depan, nongkrong bareng dengan teman-teman sebaya, juga mulai merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta.
Terlepas dari berbagai kenikmatan dunia di masa muda, ternyata masa-masa ini juga menjadi masa yang rawan dan dapat berakibat fatal apabila kita tidak mengatur pola pergaulan kita.

Jika pada masa ini pergaulan tidak dijaga, niscahya masa depan si anak akan suram. Mungkin bukan suram secara duniawi, akan tetapi secara akhirat.

Pada masa ini para remaja diwajibkan untuk menyaring teman bergaul mereka, jika salah dalam memilih teman dapat menjerumuskan si anak ke lubang hitam kemaksiatan.

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah SAW bersabda:
"Seseorang  itu tergantung agama temannya maka hendaknya salah seorang diantara kalian melihat bersama siapa ia bersahabat.” (HR. Abu Dawud no. 4833 Ahmad, Tirmidzi no. 2379 dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman), (Hadist ini hasan sebagaimana dalam Al Misykah no. 5019.)
Lalu bagaimana kriteria teman yang baik untuk pergaulan?

Ibnu Al-Jauzi telah mengajarkan kepada kita tentang lima kriteria dalam memilih teman bergaul, diantaranya:


Pertama, pilihlah teman yang berakal. Janganlah kita bergaul dengan teman yang kurang sehat dan kurang berakal akhlaknya.

Yang kedua, berakhlaq baik. Jangan memilih teman yang cerdas dan berakal tapi aqidah dan akhlaq nya buruk. Yang ada kita nanti malah akan terjerumus ke dalam lingkungan maksiat.


Ketiga, pilihlah teman yang bertaqwa dan bukan orang fasik. Karena orang fasik yang tidak taat kepada Tuhannya itu tidak dapat dipercaya, sebab tidak tertutup kemungkinan Ia akan berbuat jahat kepada temannya tanpa memperdulikan pertemanan tersebut.
Allah Azza Wa Jalla berfirman pada Q.S Az-Zukhruf : 67


Keempat, Ia berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunah. Alangkah baiknya jika kita memiliki teman seorang ahli ibadah.

Kelima, tidak ambisius terhadap semua. Utamanya tidak ambisius terhadap segala hal yang berbau duniawi.

Semoga kita semua ditunjukan oleh Allah jalan yang lurus, jalan yang diridhoi-Nya untuk dapat bersosialisasi dengan orang-orang yang bertakwa. Aamiin

Mengajak Mengaji Tanpa Menggurui-Wali Abatatsa

Assalamu'alaykum

Belajar mengaji memang perlu diajarkan kepada anak sejak dini. Namun sekarang ini banyak anak muda yang terlihat tidak antusias lagi dalam belajar membaca dan mengkaji Al-Qur'an.

Tidak seperti kebanyakan group band anak muda yang selalu membawakan lagu-lagu tentang cinta, Wali band yang terbentuk dari persaudaraan selama di pondok pesantren giat melakukan dakwahnya melalui lagu-lagu yang mereka bawakan.

Salah satunya lagu yang berjudul Abatasa, seperti lagu-lagu Wali band yang lain yang enak didengar dan liriknya mudah dipahami. Lagu ini juga mengajak kepada semua kalangan untuk belajar mengaji akan tetapi jauh dari kesan menggurui.

Bagi sahabat yang ingin mendengarkan senandung indah dari Wali band-Abatasa, silakan download secara gratis

Via MediaFire [Download]

Bersihkan Hati Menyambut Ramadhan 1434 Hijriah

Assalamu'alaykum

Tak terasa bulan ramadhan tahun ini telah tiba, alhamdulillah kita masih diberi kesempatan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala untuk dapat berjumpa dengan bulan penuh berkah ini.
Banyak yang orang nantikan di bulan ini, mulai dari banyaknya makanan di bulan ini, sampai banyaknya pahala yang dapat diperoleh.

Namun terlepas dari itu semua, masih banyak orang-orang yang kurang antusias menyambut bulan suci ini, terlebih dalam hal rohaniah dan batiniah. Masyarakat berbondong-bondong untuk menyambut ramadhan hanya dari segi duniawi saja. Sehingga banyak orang-orang yang kurang siap secara rohani dan batinnya dalam menyambut bulan ramadhan.

Rasulullah SAW bersabda:
"Banyak diantara umatku yang berpuasa, tapi tidak mendapatkan apa-apa melainkan hanya lapar dan dahaga"
Maka seharusnya di dalam menyambut serta melaksanakan ibadah di bulan ramadhan ini kita berlomba-lomba untuk merenovasi diri. Saatnya untuk menghandle nafsu, dan bukannya dihandle nafsu. Saatnya untuk tingkatkan ibadah, kurangi maksiat. Agar nantinya kita menjadi orang yang menang secara lahir maupun batin.

Allah Subhanahu wa ta'ala berFirman dalam sebuah hadist qudsi, yang berbunyi
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, beliau dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : "Sesunguhnya Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman : "Puasa itu untukKu dan Aku membalasnya. Orang yang berpuasa itu mendapat dua kegembiraan, yaitu ketika berbuka dan ketika bertemu dengan Tuhannya. Demi Dzat Yang jiwa Muhammad di tanganNya, sungguh bau busuknva mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dari pada bau kasturi." 
Begitu banyaknya fadhilah/keutamaan dari puasa. Diantaranya adalah tubuh menjadi sehat, namun jangan jadikan ibadah puasa hanya sekedar ibadah lahiriah saja, melainkan juga dengan ibadah batiniyah. Jadikan bulan puasa sebagai momentum meraih kemenangan lahir batin dan terus renovasi diri agar diri kita jauh lebih baik dari sebelumnya.

Semoga kita masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk menemui bulan ramadhan selanjutnya. Aamiin

Sabtu, 06 Juli 2013

Tahlili Saja Mayitmu Sampai Tujuh Hari, No Problem!



Assalamu'alaykum

Jika ada di antara umat Islam, yang benar-benar penganut Ahlus sunnah wal jamaah, tengah mendapatkan musibah ditinggal wafat oleh anggota keluarganya, maka hendaklah handai taulan mayit itu mengamalkan ajaran para Shahabat Nabi SAW dan para Tabi’in, yaitu mentahlili mayitnya itu selama 7 hari.

Adapun salah satu ajaran para Shahabat dan para Tabi’in itu telah diriwayatkan oleh Imam Suyuthi Rahimahullah dalam kitab Al-Hawi li al-Fatawi-nya, beliau mengatakan bahwa Imam Thawus Attabi’i berkata: “Sungguh orang-orang yang telah meninggal dunia itu difitnah (diuji) dalam kuburannya selama 7 hari, karena itu mereka (para shahabat Nabi SAW) menganjurkan (bersedekah) memberi makanan atas nama para mayit itu pada hari-hari tersebut “.

Dalam riwayat lain disebutkan: Dari Ubaid bin Umair beliau berkata: “Dua orang yakni seorang mukmin dan seorang munafiq memperoleh fitnah kubur. Adapun seorang mukmin maka ia difitnah (diuji) selama tujuh hari, sedangkan seorang munafiq disiksa selama empat puluh hari“. Menurut Imam Suyuthi, para perawinya adalah shahih. (al-Hawi) li al-Fatawi, juz III hlm. 266-273, Imam As-Suyuthi).

Adapun, sebagaimana dimaklumi oleh umat Islam, bahwa sedekah itu sendiri dalam pandangan syariat adalah bervariatif, sebagaimana disebut dalam sabda Nabi SAW:

“Bukankah Allah telah menjadikan untuk kalian sesuatu yang kalian bisa sedekahkan? Sesungguhnya setiap ucapan tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap ucapan tahlil adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi munkar adalah sedekah, dan pada kemaluan kalian juga terdapat sedekah.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah orang yang mendatangi syahwatnya di antara kami juga akan mendapatkan pahala?” Beliau menjawab, “Bagaimana menurut kalian jika dia menyalurkan syahwatnya pada sesuatu yang haram, apakah dia akan mendapat dosa? Maka demikian pula jika dia menyalurkannya pada sesuatu yang halal, dia pun akan mendapatkan pahala.” (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah RA beliau berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Setiap anggota tubuh manusia wajib disedekahi, setiap hari dimana matahari terbit lalu engkau berlaku adil terhadap dua orang (yang bertikai) adalah sedekah, engkau menolong seseorang yang berkendaraan lalu engkau bantu dia untuk naik kendaraanya atau mengangkatkan barangnya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah ketika engkau berjalan menuju shalat adalah sedekah dan menghilangkan gangguan dari jalan adalah sedekah”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Adapun dalam kegiatan tahlilan itu sendiri mencakup pembacaan surat Yasin seperti yang diperintahkan oleh Nabi SAW: Bacakanlah surat Yasin untuk mayit kalian. (HR. Abu Dawud).

Kemudian membaca kalimat thayyibah seperti: Tahlil, Takbir, Tahmid, Hasbana, Hauqala, Istighfar, Shalawat Nabi, serta doa-doa untuk kebaikan mayit, Semua amalan ini termasuk dalam kategori sedekah yang dianjurkan oleh Nabi SAW sebagai ibadah sunnah.

Belum lagi, keluarga yang ketempatan dalam kegiatan tahlilan rutin di kampung-kampung, atau para tetangga dari keluarga yang terkena musibah, umumnya ikut mengeluarkan sedekah berupa suguhan bagi para pelayat, yang mana amalan ini juga termasuk sunnah bagi umat Islam.

Jadi menentukan tahlilan untuk mayit dalam keadaan apapun, serta dalam waktu kapanpun, khususnya memilih waktu pada hari ke 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 itu bukanlah tradisi Hindu seperti yang dituduhkan oleh kaum Wahhabi, namun telah dicontohkan dan diamalkan oleh para Shahabat dan para Tabi’in sebagaimana tersebut di atas.

Sumber : KH. Lutfi Bashori

Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadhan 1433 H Jatuh Pada 9 Juli 2013

Muhammadiyah menetapkan awal bulan Ramadhan 1434 Hijriyah, jatuh pada Selasa 9 Juli 2013. Penetapan ini atas dasar hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.

"Kami tetapkan bahwa 1 Ramadhan bertepatan dengan Selasa Wage 9 Juli besok," terang Ketua PP Muhammadiyah Bidang Tarjih dan Tajdid, Prof Yunahar Ilyas, di Kantor PP Muhammadiyah Jalan Cik Di Tiro Yogyakarta, Kamis (13/6/2013).

Penetapan awal Ramadhan ini, lanjutnya, kemungkinan akan sehari lebih awal dengan perhitungan yang dilakukan pemerintah dan organisasi Nahdlatul Ulama. Hanya saja, diperkirakan perhitungan jatuhnya 1 Syawal atau hari raya Idul Fitri akan sama, yaitu 8 Agustus 2013.

Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Oman Faturahman menjelaskan, ijtimak jelang Ramadhan 1434 H akan terjadi pada Senin 8 Juli 2013 pukul 14.15. Saat itu, tinggi bulan saat matahari terbenam di Yogyakarta mencapai -07 derajat 48 menit.

Pada saat matahari terbenam tanggal 8 Juli itu, sebagian wilayah barat Indonesia hilal sudah wujud. Namun di sebagian wilayah timur belum wujud. Dengan demikian, garis batas wujudul hilal melewati wilayah Indonesia dan membagi menjadi dua bagian.

Sedangkan ijtimak jelang Syawal 1434 H terjadi Rabu 7 Agustus 2013 pukul 04.52. "Saat itu hilal sudah wujud dan di seluruh Indonesia saat matahari terbenam, bulan sudah berada di atas ufuk," jelas Oman.


Sementara, untuk 1 Zulhijah 1434 H ditetapkan Majelis Tarjih dan Tajdid jatuh pada Minggu 6 Oktober 2013. Ijtimak jelang Zulhijah terjadi pada Sabtu 5 Oktober mendatang pukul 07.36. Hari Arafah pada 9 Zulhijah ditetapkan 14 Oktober 2013 dan Idul Adha ditetapkan sehari berikutnya atau 15 Oktober 2013

Hindari Empat Kesalahan Dalam Sholat Berjama'ah Ini

Assalamu'alaykum

Bulan Ramadhan sebagai sarana untuk melatih diri membiasakan perbuatan-perbuatan baik, juga merupakan waktu yang baik untuk memperkaya keilmuan kita baik agama, maupun pengetahuan umum. Meningkatkan ibadah melalui shalat berjama’ah di masjid adalah salah satu cara mengisi Ramadhan yang mulia dengan penuh kebaikan. 

Tahukah sahabat, beberapa kesalahan yang sering terjadi pada shalat berjama’ah?





1.    Mendahului Gerakan Imam
Mendahului gerakan imam ketika kita menjadi makmum bukan hanya tidak boleh, namun sangat tidak boleh dan bisa dikategorikan tindakan bodoh seperti perumpamaan seekor keledai.
Ketika shalat berjama’ah, Imam lah yang menjadi pemimpin. Sudah semestinya kita bergerak setelah imam bergerak. Contoh, ketika Imam masih tegap berdiri dan belum memberi isyarat gerakan selanjutnya, sobat sudah bersiap untuk bersujud, atau bahkan membungkukkan badan terlebih dahulu.

2.    Shaf / Barisan
Shaf shalat berjama’ah hendaknya lurus dan rapat. Itu juga merupakan tujuan Imam memberi peringatan untuk meluruskan, serta merapatkan barisan. Namun yang kita temukan, seringkali barisan shalat berjama’ah tidak rapat dan jarang-jarang. Dalam riwayat HR Muslim dan Ahmad, bahkan dikisahkan bahwa kerapatan barisan shalat berjama’ah itu mempengaruhi bersatunya umat Islam. Dikatakan bahwa barisan shalat yang tidak rapat, bisa memunculkan perselisihan antar umat dalam jangka panjang.
Fenomena ini tidak lepas dari minimnya pengetahuan-pengetahuan dasar yang dimiliki generasi muda hingga orang tua. Semoga Allah Ta’ala memberikan petunjuk-Nya agar semakin sempurna ibadah kita. Aamiin

3.    “Aamiin”
Bisa jadi ada di antara anggota jama’ah shalat yang menyepelekan ucapan “Aamiin” ketika shalat. Padahal, saat Imam mengucapkan “Aamiin”, jama’ah juga diisyaratkan untuk menirukan dan berkata “Aamiin”. Hal ini juga tersebut dalam sebuah riwayat Hadits Bukhari Muslim. Bahwasanya jika Imam mengucapkan Aamiin, dan diikuti jama’ah, maka diampuni dosa-dosanya.

4.    Posisi Jama’ah
Kesalahan posisi jama’ah yang umum terjadi adalah jika shalat jama’ah hanya dengan satu makmum, posisi makmum berada di belakang imam atau sebelah kiri imam. Hal ini ditegaskan dalam HR. Bukhari Muslim tentang kisah Abdullah bin Abbas ra.

Di mana posisi yang dianjurkan? Posisi yang diisyaratkan jika melakukan shalat berjama’ah dua orang termasuk imam dan makmum, adalah posisi makmum berada di sebelah kanan imam. “Wallahu A’lam Bishawab” Semoga Allah senantiasa menuntun jalan kita, agar persatuan dan kesatuan umat Islam terutama di Indonesia terjalin dengan tali yang kokoh. Aamiin